ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KAROTENOID DARI
CABAI MERAH (Capsicum annum Linn)
Herliani Lusiana
Program Studi
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
herlianilusiana26@gmail.com
Abstrak
Cabai merah (Capsicum annum Linn) merupakan tanaman yang termasuk dalam
keluarga solanaceae dan merupakan
tanaman asli Amerika Tropik. Cabai merah memiliki warna merah terutama selama
penuaan buah yang berasal dari pigmen karotenoid. Umumnya konsentrasi
karotenoid, asam askorbat, flavonoid, phenolic acids, dan komponen kimia
lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi senyawa karotenoid dari cabai merah (Capsicum annum Linn)
dengan Kromatografi Lapis Tipis. Digunakan variasi pelarut dalam isolasi yakni,
campuran n-heksana:aseton:etanol (2:1:1) dan aseton:metanol (7:3). Serta
digunakan variasi eluen yakni diklorometana:n-heksana (1:9), toluena:n-heksana
(1:9) dan petroleum eter:aseton:dietilamin (10:4:1). Diperoleh masing-masing
tiga noda setiap eluen. Dimanan diperoleh jarak noda yang baik yaitu
menggunakan pelarut diklorometana:n-heksana dan toluena:n-heksana, karena jarak
antar noda terpisah dengan jelas yakni sekitar 0,5 cm, 1,3 cm dan 3,8 cm.
Kata kunci: cabai
merah, karotenoid, Kromatografi Lapis Tipis (KLT), pelarut dan eluen
Abstract
Red chili peppers (Capsicum annuum Linn) is a plant belonging to the solanaceae family and is native to the
American tropics. Red chili has a red color, especially during aging fruit that
comes from carotenoid pigments. Generally the concentration of carotenoids,
ascorbic acid, flavonoids, phenolic acids, and other chemical components. The
purpose of this study was to isolate and identify the carotenoid compounds from
red chili peppers (Capsicum annuum Linn) by Thin Layer Chromatography. Variations
solvent used in isolation is a mixture of n-hexane: acetone: ethanol (2: 1: 1)
and acetone: methanol (7: 3). And used variations of the eluent
dichloromethane: n-hexane (1: 9), toluene: n-hexane (1: 9) and petroleum ether:
acetone: diethylamine (10: 4: 1). Received respectively three spots each
eluent. Where obtained distance good stain is using dichloromethane solvent:
n-hexane and toluene: n-hexane, because the distance between separate clearly stain
which is about 0.5 cm, 1.3 cm and 3.8 cm.
Keywords: red
chili peppers, carotenoids, Thin Layer Chromatography (TLC), solvent and eluent
PENDAHULUAN
Tumbuhan cabai merupakan tanaman yang
dibutuhkan sehari-hari. Rasa buahnya yang pedas merupakan salah satu ciri yang
membuatnya dicari orang (Andrianto dan Indarto, 2004). Cabai merah (Capsicum annum Linn) merupakan tanaman
yang termasuk dalam keluarga solanaceae
dan merupakan tanaman asli Amerika Tropik. Cabai besar mempunyai banyak
varietas yaitu cabai merah (Capsicum
annum var.longum), cabai bulat (Capsicum
annum var.abbreviata), paprika (Capsicum
annum var.grosum), cabai hijau (Capsicum
annum var.annuum) (Setiadi, 1994).
Cabai merah memiliki warna merah
terutama selama penuaan buah yang berasal dari pigmen karotenoid. Umumnya
konsentrasi karotenoid, asam askorbat, flavonoid, phenolic acids, dan komponen
kimia lainnya meningkat dengan meningkatnya umur lombok kecuali lutein yang
mengalami penurunan (Hidayat, 2007).
Warna pada buah-buahan dan sayuran
disebabkan oleh pigmen yang dikandungnya. Pigmen secara umum terbagi ke dalam
empat kelompok yaitu klorofil, antosianin, flavonoid, dan karotenoid (Winarno,
2002).
Vitamin A termasuk golongan vitamin
yang larut lemak, mudah rusak oleh proses oksidasi pada suhu tinggi, sinar UV
dan O2. Reaksi oksidasi dapat dipercepat oleh beberapa ion logam seperti
tembaga (Cu) dan Besi (Fe) (Tjasari, 2005). Menurut Mery (2011) Vitamin A dan
Karoten tidak akan rusak oleh sebagian besar cara memasak, sebagian diantaranya
hilang kalau dimasak dengan suhu yang tinggi, seperti dengan cara digoreng.
Karotenoid adalah kelompok pigmen non
polar yang terdiri dari senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau
turunannya (Winarno, 2002). Disamping sebagai zat warna, beberapa karotenoid
memberikan aktivitas sebagai antioksidan dan provitamin A. Senyawa karotenoid
dapat dibagi atas 3 golongan yaitu (1) karoten yaitu karotenoid hidrokarbon
seperti likopen dan β-karoten, (2) xantofil merupakan derivat dari karoten yang
mengandung oksigen, dan (3) asam karotenoid yaitu derivat karoten yang
mengandung gugus karboksilat. Warna khas dari buah tomat disebabkan oleh
likopen, karoten, xantofil, dan zat warna klorofil yang merata dalam bagian
buah yang padat.
Karotenoid dan xantofil, kedua jenis
karotenoid ini umumnya menganng 40 karbon aktif yang terdiri dari 18 unit
isoprena. Keduanya tidak larut dalam air, tapi larut dalam alkohol, eter,
minyak bumi, aseton dan lainnya (Salilsbury dan Ross, 1995).
Kromatografi adalah metode fisika
untuk pemisahan dalam komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan
antara dua fase, salah satunya merupakan lapisan stasioner dengan permukaan
yang luas, dan fase lain berupa zat cair (fluid) yang mengalir lambat
(perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan stasioner itu (Day dan Underwood,
1999).
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa karotenoid dari cabai
merah (Capsicum annum Linn) dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
METODOLOGI
Waktu dan
tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 2
November 2016 sampai 5 November 2016 di Laboratorium Bioteknologi dan Rekayasa,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah neraca analitik, seperangkat alat gelas, alumunium foil, shaker, corong pisah, Vacum Buchner, dan seperangkat alat KLT.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah, cabai merah keriting, n-heksana p.a, aseton p.a, etanol p.a,
diklorometana p.a, toluena p.a, petroleum eter p.a, dietilamin p.a, dan
akuades.
Prosedur Kerja
Preparasi
sampel
Cabai merah dibersikan dengan dibuang
bijinya dan dipotong kecil-kecil. Cabai ditimbang sebanyak 100 g kemudian diblender
dengen menambahkan 20 mL akuades, hingga menjadi jus cabai (Mahardian, 2003).
Ekstraksi
karotenoid dari cabai merah
Proses ekstraksi dilakukan didalam
erlenmeyer 250 mL dengan ditutup menggunakan alumunium foil diseluruh bagian
erlenmeyer untuk meminimalkan adanya cahaya yang dapat merusak karotenoid.
Jus cabai dibuat 2 perlakukan
ekstraksi dengan variasi pelarut. Perlakuan pertama jus cabai ditambah dengan
campuran n-heksana:aseton:etanol (2:1:1), lalu dikocok dengan shaker selama 10
menit pada kecepatan 140 rpm. Campuran disaring menggunakan vacum buchner. Filtrat yang diperoleh
dimasukkan ke corong pisah, dilakukan pemisahan.
Dilakukan pengulangan terhadap
perlakuan yang sama untuk pelarut aseton dan metano dengan perbandingan 7:3.
Pemisahan karotenoid
dengan Kromatografi Lapis Tipis Analitik
Ekstrak yang didapat dilakukan
pemisahan dengan KLT analitik . pemisahan menggunakan plat silika gel dengan
ukuran 2 x 10 cm dengan ketebalan 0,2 mm. Plat silika gel yang digunakan
diaktifkan dulu dengan pemanasan pada suhu 100 °C selama 1 jam. Fase gerak yang
digunakan untuk pemisahan adalah diklorometana:n-heksana (1:9),
toluena:n-heksana (1:9) (Britton, et al,
1995), dan petroleum eter:aseton:dietilamin (10:4:1). Ekstrak ditotolkan pada
plat pada jarak 1 cm dari garis bawah dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian
dimasukkan ke dalam bejana elusi yang telah dijenuhkan dengan pelarut
pengemulsi. Noda yang baik adalah noda yang banyak dan pemisahan antara noda
satu dengan yang lain terlihat jelas. Dihitung nilai Rf masing-masing noda yang
terbentuk.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Ekstraksi
senyawa karotenoid dari cabai merah
Ekstraksi senyawa karotenid dari cabai
merah dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi dipilih karena karotenoid
tidak tahan terhadap suhu tinggi warna karotenoid akan rusak pada pemanasan
(Winarno, 2002). Digunakan dua campuran pelarut yaitu n-heksana:aseton:etanol
(2:1:1) dan aseton:metanol (7:3). Variasi ini untuk melihat pelarut yang paling
tepat digunakan untuk mengekstrak senyawa karotenoid dari cabai merah. Kemudian
ekstraksi berlangsung selama 10 menit, untuk mempercepat proses ekstraksi
dilakukan pengocokan dengan shaker
pada kecepatan 140 rpm.
Hasil ekstrak yang diperoleh dan
kemudian disaring dengan vacum buchner agar
filtrat dapat tersaring sempurna. Diperoleh warna merah dan ada jingga
dilapisan atas untuk ekstrak dengan pelarut n-heksana:aseton:metanol sedangkan
pada filtrat dari ekstrak dengan pelarut kedua yaitu aseton:metanol warna
filtrat hanya berwarna merah. Warna jingga tersebut dapat dapat menggambarkan
bahwa terdapat senyawa karotenoid pada cabai merah. Karena karotenoid merupakan
kelompok pigmen jingga, merah dan kuning.
Tabel
1. Hasil ekstraksi
karotenoid dari cabai merah
Pelarut
|
Hasil Ekstrak (mL)
|
n-heksana:aseton:etanol
(2:1:1)
|
6 mL
|
Aseton:metanol
(7:3)
|
-
|
Kemudian filtrat masing-masing ekstrak
diekstarsi cair-cair dalam corong pisah. Diperoleh estrak karotenoid sebanyak 6
mL untuk ekstrak dengan pelarut n-heksan:aseton:etanol (2:1:1). Namun untuk
pelarut aseton:metanol (7:3) tidak didapatkan hasil ekstrak karetonoid dari
cabai merah. Hal ini berarti pelarut tersebut tidak mampu melarutkan karotenoid
yang ada pada cabai merah. Sedangkan pada pelarut pertama senyawa karotenoid
cenderung larut sempurna karena pelarut tersebut yang bersifat non polar dan
karotenoid itu sendiri bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan kaidah like dissolves like.
Dapat disimpulkan bahwa pelarut yang
tepat untuk proses ekstraksi senyawa karotenoid dari cabai merah ini adalah
dengan menggunakan pelarut n-heksana:aseton:etanol (2:1:1).
Pemisahan
dengan KLT
Ekstrak karotenoid yang diperoleh dari
ekstraksi diatas dipisahkan dengan KLT. Digunakan variasi eluen tersebut untuk
melihat eluen yang tepat untuk memisahkan senyawa karotenoid.
Dari variasi eluen yang digunakan
dilihat noda yang terpisah. Masing-masing eluen
menghasilkan 3 noda dengan jarak berbeda-beda.
Tabel 2. Hasil pemisahan dengan KLT
Noda
|
Jarak Noda (cm)
|
Rf Noda
|
||||
Diklorometana:n-heksana (1:9)
|
Toluena:n-heksana (1:9)
|
Petroleum eter:aseton:dietilamin
(10:4:1)
|
Diklorometana:n-heksana (1:9)
|
Toluena:n-heksana (1:9)
|
Petroleum eter:aseton:dietilamin
(10:4:1)
|
|
1
|
0,5
|
0,5
|
3,1
|
0,125
|
0,125
|
0,775
|
2
|
1,2
|
1,5
|
3,6
|
0,3
|
0,375
|
0,9
|
3
|
3,8
|
3,95
|
3,9
|
0,9
|
0,9875
|
0,975
|
Berdasarkan data diatas dapat dilihat pada eluen
diklorometana:n-heksana diperoleh 3 noda dengan jarak masing-masing 0,5 cm, 1,2
cm dan 3,8 cm. Pada eluen toluena:n-heksana terdapat 3 noda dengan jarak
masing-masing 0,5 cm, 1,5 cm dan 3,95 cm. Pada kedua eluen ini terjadi
pemisahan noda yang baik yakni terpisah dengan jelas karena jarak antar noda
tidak terlalu dekat. Sedangkan pada eluen petroleum eter:aseton:dietilamin noda
terpisah tidak terlalu jauh yakni dengan jarak 3,1 cm, 3,6 cm dan 3,9 cm.
Untuk nilai Rf atau sering disebut juga dengan
faktor retensi yakni nilai yang menunjukkan derajat retensi suatu senyawa.
Nilai Rf yang besar menunjukkan bahwa noda terpisah dengan jarak yang jauh.
Dari ketiga eluen yang digunakan diklorometana:n-heksana dan toluena:n-heksana
tepat digunakan dalama pemisahan senyawa karotenoid dari cabai merah ini karena
pada hasil pemisahan diperoleh jarak antar noda yang jelas.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat
disimpulakan bahwa pelarut yang baik digunakan dalam proses isolasi karotenoid
dari cabai merah adalah n-heksana:aseton:etanol (2:1:1). Untuk identifikasi
karotenoid pada cabai merah dengan menggunakan KLT didapat noda yang baik
dimana pemisahan antar noda dapat terlihat dengan jelas dengan eluen
diklorometana:n-heksana (1:9) dan toluena:n-heksana (1:9). Dimana jarak noda
yang diperoleh sekitar 0,5 cm, 1,3 cm dan 3,8 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Anrianto, T.T.
dan Indarto, N. 2004. Budidaya dan
Analisis Usaha Tani, Cabai Rawit, Cabai Merah, dan Cabai Jawa. Yogyakarta:
Penerbit Absolut.
Britton, G.,
Jensen, S.L., dan Pfander, H. 1995. Carotenoids
Volume IA: Isolation and Analysis. Berlin: Birkhauser Verlag.
Day, R.A. dan
Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hidayat, N.
2007. Komponen Nutrisi Lombok (Capsicum
annuum). http://ptp2007.wordpress.com/2007/12/29/komponen-nutrisi-lombok-capsicum-annuum/) diakses pada 10 November 2016.
Mahardian,
D.E. 2003. Studi Aktivitas Antioksidan
Likopen dari Buah Tomat (Lycorpesicum esculentum) (Tugas Akhir). Malang:
Universitas Brawijaya.
Salisbury,
F.B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB.
Setiadi. 1994.
Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Winarno, F.G.
2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mery, E. 2011.
Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan
PenyakitPenyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar