Selasa, 15 November 2016

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KAROTENOID DARI CABAI MERAH (Capsicum annum Linn)
Herliani Lusiana
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
herlianilusiana26@gmail.com


Abstrak
Cabai merah (Capsicum annum Linn) merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga solanaceae dan merupakan tanaman asli Amerika Tropik. Cabai merah memiliki warna merah terutama selama penuaan buah yang berasal dari pigmen karotenoid. Umumnya konsentrasi karotenoid, asam askorbat, flavonoid, phenolic acids, dan komponen kimia lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa karotenoid dari cabai merah (Capsicum annum Linn) dengan Kromatografi Lapis Tipis. Digunakan variasi pelarut dalam isolasi yakni, campuran n-heksana:aseton:etanol (2:1:1) dan aseton:metanol (7:3). Serta digunakan variasi eluen yakni diklorometana:n-heksana (1:9), toluena:n-heksana (1:9) dan petroleum eter:aseton:dietilamin (10:4:1). Diperoleh masing-masing tiga noda setiap eluen. Dimanan diperoleh jarak noda yang baik yaitu menggunakan pelarut diklorometana:n-heksana dan toluena:n-heksana, karena jarak antar noda terpisah dengan jelas yakni sekitar 0,5 cm, 1,3 cm dan 3,8 cm.
Kata kunci: cabai merah, karotenoid, Kromatografi Lapis Tipis (KLT), pelarut dan eluen

Abstract
Red chili peppers (Capsicum annuum Linn) is a plant belonging to the solanaceae family and is native to the American tropics. Red chili has a red color, especially during aging fruit that comes from carotenoid pigments. Generally the concentration of carotenoids, ascorbic acid, flavonoids, phenolic acids, and other chemical components. The purpose of this study was to isolate and identify the carotenoid compounds from red chili peppers (Capsicum annuum Linn) by Thin Layer Chromatography. Variations solvent used in isolation is a mixture of n-hexane: acetone: ethanol (2: 1: 1) and acetone: methanol (7: 3). And used variations of the eluent dichloromethane: n-hexane (1: 9), toluene: n-hexane (1: 9) and petroleum ether: acetone: diethylamine (10: 4: 1). Received respectively three spots each eluent. Where obtained distance good stain is using dichloromethane solvent: n-hexane and toluene: n-hexane, because the distance between separate clearly stain which is about 0.5 cm, 1.3 cm and 3.8 cm.
Keywords: red chili peppers, carotenoids, Thin Layer Chromatography (TLC), solvent and eluent



PENDAHULUAN
Tumbuhan cabai merupakan tanaman yang dibutuhkan sehari-hari. Rasa buahnya yang pedas merupakan salah satu ciri yang membuatnya dicari orang (Andrianto dan Indarto, 2004). Cabai merah (Capsicum annum Linn) merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga solanaceae dan merupakan tanaman asli Amerika Tropik. Cabai besar mempunyai banyak varietas yaitu cabai merah (Capsicum annum var.longum), cabai bulat (Capsicum annum var.abbreviata), paprika (Capsicum annum var.grosum), cabai hijau (Capsicum annum var.annuum) (Setiadi, 1994).
Cabai merah memiliki warna merah terutama selama penuaan buah yang berasal dari pigmen karotenoid. Umumnya konsentrasi karotenoid, asam askorbat, flavonoid, phenolic acids, dan komponen kimia lainnya meningkat dengan meningkatnya umur lombok kecuali lutein yang mengalami penurunan (Hidayat, 2007).
Warna pada buah-buahan dan sayuran disebabkan oleh pigmen yang dikandungnya. Pigmen secara umum terbagi ke dalam empat kelompok yaitu klorofil, antosianin, flavonoid, dan karotenoid (Winarno, 2002).
Vitamin A termasuk golongan vitamin yang larut lemak, mudah rusak oleh proses oksidasi pada suhu tinggi, sinar UV dan O2. Reaksi oksidasi dapat dipercepat oleh beberapa ion logam seperti tembaga (Cu) dan Besi (Fe) (Tjasari, 2005). Menurut Mery (2011) Vitamin A dan Karoten tidak akan rusak oleh sebagian besar cara memasak, sebagian diantaranya hilang kalau dimasak dengan suhu yang tinggi, seperti dengan cara digoreng.
Karotenoid adalah kelompok pigmen non polar yang terdiri dari senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau turunannya (Winarno, 2002). Disamping sebagai zat warna, beberapa karotenoid memberikan aktivitas sebagai antioksidan dan provitamin A. Senyawa karotenoid dapat dibagi atas 3 golongan yaitu (1) karoten yaitu karotenoid hidrokarbon seperti likopen dan β-karoten, (2) xantofil merupakan derivat dari karoten yang mengandung oksigen, dan (3) asam karotenoid yaitu derivat karoten yang mengandung gugus karboksilat. Warna khas dari buah tomat disebabkan oleh likopen, karoten, xantofil, dan zat warna klorofil yang merata dalam bagian buah yang padat.
Karotenoid dan xantofil, kedua jenis karotenoid ini umumnya menganng 40 karbon aktif yang terdiri dari 18 unit isoprena. Keduanya tidak larut dalam air, tapi larut dalam alkohol, eter, minyak bumi, aseton dan lainnya (Salilsbury dan Ross, 1995).
Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dalam komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, dan fase lain berupa zat cair (fluid) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan stasioner itu (Day dan Underwood, 1999).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa karotenoid dari cabai merah (Capsicum annum Linn) dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

METODOLOGI
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 2 November 2016 sampai 5 November 2016 di Laboratorium Bioteknologi dan Rekayasa, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, seperangkat alat gelas, alumunium foil, shaker, corong pisah, Vacum Buchner, dan seperangkat alat KLT.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, cabai merah keriting, n-heksana p.a, aseton p.a, etanol p.a, diklorometana p.a, toluena p.a, petroleum eter p.a, dietilamin p.a, dan akuades.
Prosedur Kerja
Preparasi sampel
Cabai merah dibersikan dengan dibuang bijinya dan dipotong kecil-kecil. Cabai ditimbang sebanyak 100 g kemudian diblender dengen menambahkan 20 mL akuades, hingga menjadi jus cabai (Mahardian, 2003).
Ekstraksi karotenoid dari cabai merah
Proses ekstraksi dilakukan didalam erlenmeyer 250 mL dengan ditutup menggunakan alumunium foil diseluruh bagian erlenmeyer untuk meminimalkan adanya cahaya yang dapat merusak karotenoid.
Jus cabai dibuat 2 perlakukan ekstraksi dengan variasi pelarut. Perlakuan pertama jus cabai ditambah dengan campuran n-heksana:aseton:etanol (2:1:1), lalu dikocok dengan shaker selama 10 menit pada kecepatan 140 rpm. Campuran disaring menggunakan vacum buchner. Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke corong pisah, dilakukan pemisahan.
Dilakukan pengulangan terhadap perlakuan yang sama untuk pelarut aseton dan metano dengan perbandingan 7:3.
Pemisahan karotenoid dengan Kromatografi Lapis Tipis Analitik
Ekstrak yang didapat dilakukan pemisahan dengan KLT analitik . pemisahan menggunakan plat silika gel dengan ukuran 2 x 10 cm dengan ketebalan 0,2 mm. Plat silika gel yang digunakan diaktifkan dulu dengan pemanasan pada suhu 100 °C selama 1 jam. Fase gerak yang digunakan untuk pemisahan adalah diklorometana:n-heksana (1:9), toluena:n-heksana (1:9) (Britton, et al, 1995), dan petroleum eter:aseton:dietilamin (10:4:1). Ekstrak ditotolkan pada plat pada jarak 1 cm dari garis bawah dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian dimasukkan ke dalam bejana elusi yang telah dijenuhkan dengan pelarut pengemulsi. Noda yang baik adalah noda yang banyak dan pemisahan antara noda satu dengan yang lain terlihat jelas. Dihitung nilai Rf masing-masing noda yang terbentuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi senyawa karotenoid dari cabai merah
Ekstraksi senyawa karotenid dari cabai merah dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi dipilih karena karotenoid tidak tahan terhadap suhu tinggi warna karotenoid akan rusak pada pemanasan (Winarno, 2002). Digunakan dua campuran pelarut yaitu n-heksana:aseton:etanol (2:1:1) dan aseton:metanol (7:3). Variasi ini untuk melihat pelarut yang paling tepat digunakan untuk mengekstrak senyawa karotenoid dari cabai merah. Kemudian ekstraksi berlangsung selama 10 menit, untuk mempercepat proses ekstraksi dilakukan pengocokan dengan shaker pada kecepatan 140 rpm.
Hasil ekstrak yang diperoleh dan kemudian disaring dengan vacum buchner agar filtrat dapat tersaring sempurna. Diperoleh warna merah dan ada jingga dilapisan atas untuk ekstrak dengan pelarut n-heksana:aseton:metanol sedangkan pada filtrat dari ekstrak dengan pelarut kedua yaitu aseton:metanol warna filtrat hanya berwarna merah. Warna jingga tersebut dapat dapat menggambarkan bahwa terdapat senyawa karotenoid pada cabai merah. Karena karotenoid merupakan kelompok pigmen jingga, merah dan kuning.
Tabel 1. Hasil ekstraksi karotenoid dari cabai merah
Pelarut
Hasil Ekstrak (mL)
n-heksana:aseton:etanol (2:1:1)
6 mL
Aseton:metanol (7:3)
-

Kemudian filtrat masing-masing ekstrak diekstarsi cair-cair dalam corong pisah. Diperoleh estrak karotenoid sebanyak 6 mL untuk ekstrak dengan pelarut n-heksan:aseton:etanol (2:1:1). Namun untuk pelarut aseton:metanol (7:3) tidak didapatkan hasil ekstrak karetonoid dari cabai merah. Hal ini berarti pelarut tersebut tidak mampu melarutkan karotenoid yang ada pada cabai merah. Sedangkan pada pelarut pertama senyawa karotenoid cenderung larut sempurna karena pelarut tersebut yang bersifat non polar dan karotenoid itu sendiri bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan kaidah like dissolves like.
Dapat disimpulkan bahwa pelarut yang tepat untuk proses ekstraksi senyawa karotenoid dari cabai merah ini adalah dengan menggunakan pelarut n-heksana:aseton:etanol (2:1:1).
Pemisahan dengan KLT
Ekstrak karotenoid yang diperoleh dari ekstraksi diatas dipisahkan dengan KLT. Digunakan variasi eluen tersebut untuk melihat eluen yang tepat untuk memisahkan senyawa karotenoid.
Dari variasi eluen yang digunakan dilihat noda yang terpisah. Masing-masing eluen  menghasilkan 3 noda dengan jarak berbeda-beda.



Tabel 2. Hasil pemisahan dengan KLT
Noda
Jarak Noda (cm)
Rf Noda
Diklorometana:n-heksana (1:9)
Toluena:n-heksana (1:9)
Petroleum eter:aseton:dietilamin (10:4:1)
Diklorometana:n-heksana (1:9)
Toluena:n-heksana (1:9)
Petroleum eter:aseton:dietilamin (10:4:1)
1
0,5
0,5
3,1
0,125
0,125
0,775
2
1,2
1,5
3,6
0,3
0,375
0,9
3
3,8
3,95
3,9
0,9
0,9875
0,975




Berdasarkan data diatas dapat dilihat pada eluen diklorometana:n-heksana diperoleh 3 noda dengan jarak masing-masing 0,5 cm, 1,2 cm dan 3,8 cm. Pada eluen toluena:n-heksana terdapat 3 noda dengan jarak masing-masing 0,5 cm, 1,5 cm dan 3,95 cm. Pada kedua eluen ini terjadi pemisahan noda yang baik yakni terpisah dengan jelas karena jarak antar noda tidak terlalu dekat. Sedangkan pada eluen petroleum eter:aseton:dietilamin noda terpisah tidak terlalu jauh yakni dengan jarak 3,1 cm, 3,6 cm dan 3,9 cm.
Untuk nilai Rf atau sering disebut juga dengan faktor retensi yakni nilai yang menunjukkan derajat retensi suatu senyawa. Nilai Rf yang besar menunjukkan bahwa noda terpisah dengan jarak yang jauh. Dari ketiga eluen yang digunakan diklorometana:n-heksana dan toluena:n-heksana tepat digunakan dalama pemisahan senyawa karotenoid dari cabai merah ini karena pada hasil pemisahan diperoleh jarak antar noda yang jelas.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa pelarut yang baik digunakan dalam proses isolasi karotenoid dari cabai merah adalah n-heksana:aseton:etanol (2:1:1). Untuk identifikasi karotenoid pada cabai merah dengan menggunakan KLT didapat noda yang baik dimana pemisahan antar noda dapat terlihat dengan jelas dengan eluen diklorometana:n-heksana (1:9) dan toluena:n-heksana (1:9). Dimana jarak noda yang diperoleh sekitar 0,5 cm, 1,3 cm dan 3,8 cm.

DAFTAR PUSTAKA
Anrianto, T.T. dan Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Cabai Rawit, Cabai Merah, dan Cabai Jawa. Yogyakarta: Penerbit Absolut.
Britton, G., Jensen, S.L., dan Pfander, H. 1995. Carotenoids Volume IA: Isolation and Analysis. Berlin: Birkhauser Verlag.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hidayat, N. 2007. Komponen Nutrisi Lombok (Capsicum annuum). http://ptp2007.wordpress.com/2007/12/29/komponen-nutrisi-lombok-capsicum-annuum/) diakses pada 10 November 2016.
Mahardian, D.E. 2003. Studi Aktivitas Antioksidan Likopen dari Buah Tomat (Lycorpesicum esculentum) (Tugas Akhir). Malang: Universitas Brawijaya.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB.
Setiadi. 1994. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mery, E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan PenyakitPenyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: Andi Offset.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar